Keracunan Massal di Lebong, LIRA Nilai SPPG Milik Meriani Jadi Ancaman bagi Keselamatan Anak

0
69
MBG milik SPPG Meriani (atas), Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah Lumbung Informasi Rakyat (DPW LIRA) Bengkulu Aurego Jaya (bawah). (Foto: Restu Edi/Wordcovernews.com)

Lebong, Wordcovernews.com – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan SPPG Yayasan Sriwijaya milik Meriani, mantan calon wakil gubernur Bengkulu pada Pilkada 2024, menuai sorotan tajam setelah ratusan siswa di Kabupaten Lebong diduga mengalami keracunan massal.

Data sementara mencatat sebanyak 404 korban terdiri dari 362 anak dan 3 guru yang dirawat di RSUD Lebong, serta puluhan lainnya di sejumlah puskesmas. Mayoritas korban mengalami gejala mual, muntah, dan lemas usai menyantap makanan dari dapur SPPG.

Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah Lumbung Informasi Rakyat (DPW LIRA) Bengkulu Aurego Jaya, menegaskan kasus ini tidak bisa dianggap sepele. Menurutnya, Meriani selaku pemilik yayasan harus bertanggung jawab penuh dan segera diperiksa aparat penegak hukum.

“Ini persoalan serius karena menyangkut keselamatan anak-anak. Ratusan siswa menjadi korban dari program yang seharusnya memberi manfaat. Jangan sampai kasus ini ditutup-tutupi, Meriani sebagai pemilik SPPG harus diperiksa secara transparan,” ujar Aurego di Lebong, Kamis (28/8).

Ia menambahkan, pihaknya mendesak kepolisian dan kejaksaan menindaklanjuti kasus ini secara hukum.

“Negara tidak boleh abai. Kami mendukung Polri yang sudah mengamankan lokasi dapur SPPG, tetapi langkah berikutnya adalah penegakan hukum. Publik perlu tahu siapa yang bertanggung jawab,” tegasnya.

Dari data yang dihimpun, makanan yang diproduksi dapur SPPG di bawah pengelola Bartin Azib (40) disalurkan ke 34 sekolah dengan total penerima manfaat 2.110 siswa. Hingga kini, 390 orang masih menjalani perawatan intensif.

Pihak RSUD Lebong memastikan para korban mendapat perawatan maksimal. “Kami berupaya memberikan pelayanan terbaik untuk seluruh korban. Penanganan darurat sudah dilakukan sejak gelombang pertama pasien masuk,” kata salah satu tenaga medis RSUD Lebong.

Kasus ini mendapat perhatian luas dari masyarakat Bengkulu. Program yang dimaksudkan untuk menyehatkan siswa justru berubah menjadi ancaman keselamatan. Pihak Lira menilai hal ini bisa menjadi contoh buruk jika pemerintah daerah tidak memperketat pengawasan terhadap program serupa.

“Ke depan, setiap program makanan bergizi harus benar-benar diawasi ketat. Jangan hanya karena program ini milik tokoh politik lalu pengawasannya longgar. Keselamatan anak-anak jauh lebih penting,” ujar Aurego menambahkan.

Hingga berita ini diturunkan, pihak SPPG maupun Meriani belum memberikan keterangan resmi kepada media terkait insiden keracunan massal tersebut.

Pewarta: Restu Edi
Editor : Desty Dwi Fitria
COPYRIGHT © WORDCOVERNEWS 2025

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here